loading...
Data yang dimiliki oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menyampaikan bahwa jenis penyakit kardiovaskular ibarat penyakit jantung dan stroke yakni yang paling banyak menyedot dana BPJS selama ini.“Selama ini bicara imbas tembakau selalu mengutip penelitian dari luar negeri. Padahal bicara ihwal imbas tembakau di Indonesia, tetapi mengutipnya hasil penelitian dari luar,” ucap Menkes di Jakarta, Rabu (22/11).
Penelitian ini penting dilakukan, terutama di negeri sendiri alasannya pada kala Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini segala data dan imbas bisa lebih simpel didapatkan dan dikaji.
“Mungkin di dalam negeri juga bisa dilakukan kajian dan penelitian lantaran angka perokok di Indonesia juga tinggi,” tambahnya.
Jika jumlah penderita penyakit kardiovakular ibarat jantung dan stroke sanggup diturunkan, maka dampaknya akan sangat banyak untuk kebaikan masyarakat sendiri. Bagi BPJS Kesehatan pun akan lebih bermanfaa alasannya dana yang dikeluarkan untuk proses pengobatan pasien penyakit-penyakit yang dipicu oleh kebiasaan merokok itu bisa dihemat.
8 penyakit yang turut didanai akseptor BPJS
BPJS Kesehatan terus berupaya mencari jalan untuk mengatasi permasalahan defisit keuangan yang selalu membebani kinerja mereka. Wacana terbaru dengan akan melibatkan akseptor dalam mendanai perawatan penyakit berbiaya tinggi dan berbahaya.
Delapan penyakit yang pendanaannya bisa ditanggung bersama antara BPJS Kesehatan dengan pasien; jantung, kanker, gagal ginjal stroke, thalasemia, sirosis hati, leukimia dan hemofilia. Fahmi Idris, Dirut BPJS Kesehatan mengatakan, pembiayaan perawatan penyakit tersebut selama ini cukup menguras kantong BPJS Kesehatan.
Maklum saja, biaya yang harus dirogoh dari kantong BPJS Kesehatan untuk membiayai perawatan penyakit tersebut besar. Untuk jantung, sepanjang 2016 kemarin, total belanja BPJS Kesehatan yang harus dikeluarkan BPJS Kesehatan untuk membiaya perawatan penyakit tersebut mencapai Rp 7,485 triliun.
Untuk kanker, gagal ginjal, stroke, thalasemia, sirosis hepatitis, leukimia, hemofilia masing-masingnya mencapai; Rp 2,35 triliun, Rp 2,592 triliun, Rp 1,288 triliun, Rp 485, 193 miliar, Rp 232, 958 miliar, Rp 183,295 miliar dam Rp 119,64 miliar.
Jika ditotal, biaya perawatan yang harus dikeluarkan BPJS Kesehatan untuk perawatan penyakit tersebut mencapai Rp 14, 692 triliun atau 21,84% dari total seluruh biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan BPJS Kesehatan pada 2016 kemarin. "Cost sharing ini harus kami sampaikan biar masyarakat tidak kaget," katanya Kamis (23/11).
Fahmi mengatakan, masih belum tahu berapa porsi pendanaan perawatan yang akan dibebankan kepada akseptor BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan hingga ketika ini masih menghitung rincian beban yang akan dikenakan.
Fahmi spesialuntuk memastikan, derma beban tersebut tidak akan didiberikan kepada tiruana peserta. Pembagian beban spesialuntuk akan dilakukan dengan akseptor dari golongan masyarakat mampu.
Rata-rata perokok akan berhenti setelah didiagnosa terkena penyakit dan tau besarnya biaya & tagihan pengobatan Rumah Sakit akhir rokok yang bisa mencapai puluhan juta rupiah
Baca Juga
Seberapa Bahaya Asap Rokok Bagi Bayi atau Balita ?
references by sidomi, kontan

0 Komentar untuk "Dana Bpjs Defisit Tersedot Penyakit Akhir Rokok"