loading...
Puncak trend hujan diperkirakan jatuh pada Desember hingga Februari 2018 . Curah hujan akan mulai mengalami peningkatan pada bulan November ini. Berdasarkan warta dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang tertuang dalam surat edaran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kepada para Gubernur dan Sekdaprov tertanggal 31 Oktober 2017. Sedangkan untuk puncak trend hujan diperkirakan jatuh pada Desember 2017 hingga dengan Februari 2018 menhadir. Dalam surat tersebut, BNPB meminta seluruh forum terkait diminta untuk sanggup melaksanakan banyak sekali antisipasi yang diharapkan terkait cuaca yang bakal terjadi. Terutama untuk daerah-daerah yang rawan peristiwa terutama banjir dan tanah longsor.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Madiun, Agus Hariono menyampaikan pihaknya sudah melaksanakan antisipasi banjir semenjak terjadinya hujan pertama beberapa waktu lalu.
“BPBD sudah melaksanakan antisipasi. Beberapa hari kemudian kami sudah melaksanakan pemmembersihkanan sungai di gang Pancasila Jalan Mayjen Sungkono,” ujar Agus Hariono, Selasa (7 November 2017).
Selain itu lanjutnya, setiap kali turun hujan, terdapat sejumlah relawan yang melaksanakan patroli keliling kota untuk melaksanakan pemantauan.
“Kami siapkan regu patroli ada enam personel, yang lainnya tinggal di posko. Untuk patroli dilakukan di wilayah yang rawan peristiwa atau banjir,” ungkap Agus
Jika dibandingkan tahun 2016, di tahun 2017, sebagian wilayah Indonesia lebih kering dan lebih berair dibandingkan tahun 2015. Sesuai dengan rilis yang sudah dilakukan BMKG pada Maret 2017, sebanyak 85% wilayah Zona Musim Indonesia sudah memasuki trend kemarau pada pertama September 2017.
Sementara menurut pantauan Hari Tanpa Hujan bahwa beberapa tempat di Jawa hingga NTT sudah mengalami Hari tanpa Hujan berturut-turut selama lebih dari 60 hari. Bahkan di beberapa tempat di Jawa Timur, NTB, NTT mengalami Hari Tanpa Hujan lebih dari 100 hari. Hal ini diutarakan Deputi Bidang Klimatologi, Prabowo R. Mulyono di depan media massa ketika acara jumpa pers pertama trend hujan 2017/2018 kamis sore di BMKG Pusat.
Lebih lanjut Prabowo mengutarakan bahwa pada bulan ini, sebagian besar pulau Jawa sanggup dikatakan sedang mengalami puncak trend kemarau, dan akan masuk pertama trend hujan pada Oktober-November 2017.
"Saat ini sekitar 86% wilayah Indonesia sudah masuk trend kemarau, sedangkan 14% masih banyak terjadi hujan. "Beberapa wilayah menyerupai Sumatera penggalan selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan penggalan Selatan, Jawa penggalan Tengah, Jawa Tengah, Jawa penggalan Timur, Jawa Timur, dan Papua memasuki pertama trend hujan Oktober-November 2017" tambah Prabowo. Sementara itu, untuk wilayah Maluku penggalan Tengah mengalami curah hujan rendah pada bulan Oktober-November.
Berdasarkan pantauan, untuk 3 dasarian bulan September untuk wilayah Sumatera penggalan Utara, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua memilki curah hujan 50-100 mm/hari, kondisi ini kebalikan dengan Pulau Jawa yang mempunyai curah hujan 40-45 mm per 10 hari.
Prabowo menerangkan untuk wilayah Jabodetabek sendiri pertama trend hujan di mulai pada Oktober yang dimulai dari Jabodetabek penggalan Selatan, Tengah, dan Jabodetabek penggalan Utara.
Sementara untuk kondisi ENSO (El-Nino Southern Oscillation) netral dengan indeks ENSO =-0.2, tidak El-nino maupun tidak La-Nina sehingga tidak mempengaruhi penambahan dan pengurangan uap air.
Untuk Suhu Muka Laut di wilayah Pasifik Timur sendiri dingin, kondisi pertanda adanya anomali negatif sehingga mengakibatkan wilayah Indonesia mendapat pemanis supply uap air untuk pembentukan dan pertumbuhan awan hujan.
Menjawaban beberapa pertanyaan yang muncul di tengah-tengah masyarakat kapan wilayah Indonesia masuk pertama trend hujan dan mengalami puncak trend hujan?, Prabowo menuturkan bahwa Awal Musim Hujan 2017/18 di sebagian besar kawasan diprakirakan mulai final Oktober - November 2017 sebanyak 260 ZOM (76.0%) dan mengalami puncak trend hujan pada Desember 2017-Februari 2018.
Sementara Deputi Bidang Meteorologi, Dr. Yunus Subagyo Swarinoto, M.Si. menekankan masyarakat perlu meragukan daerah-daerah yang rentan bencana, terutama ketika massa transisi, menyerupai angin kencang, puting beliung, dan gelombang tinggi. Untuk wilayah Pulau Jawa, massa transisi terjadi pada bulan September.
Pada puncak trend hujan, masyarakat perlu meragukan banjir, tanah longsor, genangan, angin kencang, gelombang tinggi, pohon tumbang, mengingat peluang curah hujan ekstrim meningkat pada puncak trend hujan.
Seminggu kedepan, potensi hujan lebat terjadi di Aceh, Riau, Sumbar, Bengkulu, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Kaltara, Sulteng, Sulut, Malut , dan Papua. Sementara Tinggi Gelombang 2.5-4.0 meter (Rough Sea) berpeluang terjadi pada periode 07-12 September 2017 di Perairan barat Kep. Simeulue - Kep. Mentawai, Perairan barat Enggano, Samudra Hindia barat Sumatera hingga selatan Jawa.
Masyarakat perlu meragukan implikasi dan dampak Awal Musim Hujan 2017/2018 terhadap banyak sekali sektor antara lain: meningkatnya potensi luas tanam sawah, meningkatkan frekuensi tanam, ketersediaan air untuk pertanian dan waduk. Sedangkan beberapa dampak negatifnya antara lain: peningkatan potensi banjir, longsor dan tingginya gelombang mengganggu acara nelayan.
references by bmkg
0 Komentar untuk "Puncak Ekspresi Dominan Hujan 2018"